Sabtu, 14 Agustus 2010

Lebih Parah Lagi

Heru, Hery, dan Hera adalah tiga bersaudara. Heru adalah anak laki-laki yang paling tua bekerja sebagai pilot, Hery anak laki-laki yang nomor dua bekerja sebagai dokter ahli bedah, dan anak perempuan yang paling bungsu Hera menjadi seorang artis penyanyi.
Suatu saat ketiga bersaudara ini dikawinkan bersama-sama oleh orang tua mereka.
“Wahai anak-anakku” kata sang ayah menasehati anak-anaknya,” kalian sudah kukawinkan dengan pilihan kalian masing-masing, baik-baik dalam membina rumah tangga dengan pasangan, saling mengalah dan saling mengisi kekurangan masing-masing, paham?”
“Paham, Yah” sahut ketiga anaknya tersebut.
Malam harinya, sang ayah ingin tahu perkembangan selanjutnya, apakah anak-anaknya sudah benar-benar memahami nasehat darinya atau belum. Pelan-pelan ayah menuju kamar Heru anak yang tertua. Sampai di muka pintu kamar anaknya, ayah mengetuk pintu sambil bertanya.
“Tok….tok….tokk…..Heru, aku ayahmu….bagaimana di dalam?”
Ada apa, Yah? Saya lagi sibuk, nih! Saya hendak mendaratkan pesawat dulu mumpung lapangannya sudah disiapkan,” sahut anak dari dalam kamar.
Ayah manggut-manggut sambil tersenyum, “ hehehe….sip, sip, berarti anakku yang satu ini sudah mengerti nasehatku siang tadi”.
Setelah itu ayah berjalan menuju kamar Hery anak nomor dua yang bekerja sebagai dokter. Sampai di muka pintu kamar anaknya, ayah mengetuk pintu sambil bertanya.
“Tok….tok….tokk…..Hery, aku ayahmu….bagaimana di dalam?”
Ada apa, Yah? Saya lagi sibuk, nih! Saya hendak melakukan operasi bedah dulu, Yah…pasiennya sudah menunggu, nih!” sahut sang anak dari dalam kamar.
“ Yesss!!” kata sang ayah “ berarti anakku yang nomor dua ini juga sudah paham nasehatku siang tadi.”
Kemudian ayah menuju kamar anaknya yang paling bungsu. Pelan-pelan diketuk pintu kamar anak bungsunya.
“Tok….tok….tokk…..Hera, aku ayahmu….bagaimana di dalam?”
Sunyi……tiadak ada sahutan dari dalam. Si ayah mengetuk lagi, sekali ini agak keras, namun tetap tidak ada jawaban. Diketuk lagi…..tetap tidak ada suara sedikitpun. Akhirnya ayah berlalu sambil berpikir “Kira-kira anakku Hera sudah tidur dengan suaminya, mungkin akan kutanyakan besok nanti saja.”
Keesokan harinya ketika makan bersama, ayah bertanya kepada anaknya yang tertua, Heru.
“Bagaimana pendaratan pesawatnya, Nak?”
“Mulus, Yah! Pesawatnya berhasil mendarat tanpa goncangan.” sahut anak sambil melirik istrinya, sementara sang menatu tersenyum malu.
“Kalau kamu, Hery! Bagaimana operasinya?” Tanya ayah kepada anak nomor dua.
“Sukses, Yah! Operasi bedahnya berjalan lancar.” Sahut anak nomor dua, sementara sang istri juga tersipu malu.
Setelah itu ayah memandang anak bungsunya yang jadi artis penyanyi. Ayah heran melihat rambut si anak dengan suaminya seperti basah juga.” Hah, malam tadi ketika aku ketuk pintu kamar mereka sunyi tidak ada jawaban, tapi kenapa dua orang ini mandi ‘basah’ juga?” kata ayah sambil berpikir dalam hati.
Merasa lama dipandangi oleh ayahnya tanpa bicara, akhirnya si bungsu bertanya.
Ada apa, Yah?”
“Eh, nggak ada apa-apa, nak!” sahut ayah,” tadi malam kalian tidur lebih cepat, ya?”
“Enggak, Yah! Kami malah tidak tidur sampai pagi. Iya kan, Bang?” kata anak sambil bertanya dengan suaminya.
“Iya, benar, Yah!” kata sang suami menguatkan perkataan istrinya.
“O, ya?!” sang ayah terkejut bertambah heran,” malam tadi aku ketuk pintu kamar kalian, kenapa tidak menyahut?”
“Oh, tentang hal itu, toh? Saya itu tidak dapat menyahut lantaran micropon punya suami saya lagi nyangkang di mulut,” sahut si bungsu dengan muka cuek sambil terus makan.

Tidak ada komentar: